Minggu, 04 November 2012

Lingkungan Pendidikan

A.  Pengertian Lingkungan Pendidikan
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.


B.  Fungsi Lingkungan Pendidikan 
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya sebagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antaralingkungan yang sau dengan lingkungan yang lain tidka mungkin untuk berdiri sendiri.Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.Lingkungan sekolah sebagai bekal skil dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkunganmasayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolahsekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungansehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikandan berkepribadian unggul
Fungsi lingkungan pendidikan:
1. Tempat pembentukan generasi yang berkualitas dalam semua aspek, kognisi, efeksi, dan    psikomotoris.
2. Tempat pengembangan kemampuan peserta didik.
3. Tempat penyelenggaraan proses pendidik
  
4. Tempat pengembangan kemampuan peserta didik. 
5. Tempat penyelenggaraan proses pendidik 
6. Memberikan gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur pantas, benar, dan indah untuk kehidupan, yakni memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.

C.  Tri Pusat Pendidikan
Tri pusat Pendidikan adalah sebuah konsep atau ide yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam Tri Pusat Pendidikan ini sesuai dengan namanya ada 3 unsur pendidikan terpenting bagi para pelajar yang dipercaya dapat menciptakan sebuah peradaban yang unggul.
1.  Keluarga 
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga utama. Karena itu peran dan pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh keluarga akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa awal kehidupan anak yang terjadi dalam keluarga sangat memegang peran kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang banyak diisi dengan hal-hal yang positif, maka akan memberikan kontribusi yang positif pula untuk anak. Karakteristik hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar mereka. Kepada orang tua, selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan psikologis tertentu yang sejak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang dan pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak mewujudkan keadaan yang apa adanya dan bersifat “asli”, tidak seperti hubungan anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu menekankan formalitas karena terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa membangun keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya. Sedangkan Pengaruh keluarga akan sangat bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang terjadi serta pada kondisi anak itu sendiri. Namun prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan rujukan dalam membimbing anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak yang unik. Peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sedangkan Dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan bersifat langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam pengembangan aspek-aspaek perilaku tersebut. Enam hal yang dimungkinkan bisa dilakukan orang tua dalam mempengaruhi anak, yaitu:
1.   Pemodelan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung,
2.   Memberiakn ganjaran atau hukuman, seperti pujian dan teguran,
3.   Perintah langsung ,
4.   Menyatakan peraturan-peraturan,
5.   Penalaran, dan
6.   Menyediakan fasilitas atau bahan-bahna dan adegan suasana, seperti membeliakn buku-buku yang diminati anak untuk proses belajarnya.
Keenam cara tersebut juga bisa dilakukan oleh guru dan teman-teman, namun bagaimanapun hubungan orang tua dan anak berbeda dari guru atau orang lain di sekitarnya. Pada umumnya setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi anak-anaknya. Orang tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan bagi anaknya secara ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif akan cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Sedangkan orang tua yang otoritatif akan memberikan seperangkat peraturan yang jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman, bukan paksaan. Sehingga peraturan-peraturan yang diberikan akan dimengerti si anak dengan pengontrolan orang tua dalam suasana hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.
2.  Lembaga Pendidikan 
Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di sekolah yang bukan hanya hadir secara fisik, namun juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah. Dengan demikian, sekolah memiliki konribusi yang sangat berarti dalam hal perkembangan anak. Pengalaman interaksi anak dengan gurunya di sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan orang dewasa lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam mendidik anaknya.
Mengikuti kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan proses penegembangan kognisi anak merupakan kegiatan utama mereka di sekolah. Perkembangan kognisi anak yang bersekolah akan berbeda dengan mereka yang tidak bersekolah . Interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan kognisi anak, namun juga berkenaan dengan perkemangan aspek-aspek pribadi lainnya. Sekolah akan membatasi dan mendefinisikan perilaku, perasaan, dan sikap anak. Di sekolah, mereka akan menemukan perkembangan identitas, keyakinan atau kemampuan diri, image tentang kehidupan dan kemungkinan karir, hubungan-hubungan sosial, serta standar perilaku yang benar dan salah. Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan-harapan anak, maka akan semakin positif dampak sekolah terhadap perkembangan anak.Jelaslah fungsi dan tujuan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang memfasilitasi proses perkembangan anak secara menyeluruh sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta berperan dalam hal pengembangan aspek sosiomoral dan emosi anak dengan kemampuan guru dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik pribadi yang sesuai dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat. 
3.  Masyarakat
Anak-anak bergaul dalam masyarakat, di sana mereka menyaksikan berbagi peristiwa, di sana mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka akan selalu menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak-anak dalam masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung apa yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu sebaliknya. Jika rumah dan sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai yang relevan dengan apa yang dikembangkan di mayarakat , maka sangat mungkin akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang pencapaiannyapun akan sangat besar. Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak, sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik untuk membicarakan dan memahami berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Karena jika ditanya “siapa penanggung jawab kondisi dalam masyarakat?”, pada akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali pada keluarga masing-masing. Baik tidaknya suatu masyarakat akan sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang membangun masyarakat tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam hal pergaulan anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh negatif media informasi yang akhir-akhir ini perannya sangat dominan dalam masyarakat.

D.  Pengaruh Timbal Balik antara Tri Pusat Pendidikan terhadap Perkembangan  Peserta Didik
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.          Di samping peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkanpula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan harmonis antar tripusat tersebut berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan dan setiap pusat pendidikan tersebut saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan lainnya. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dan sebagainya) yang dapat menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan masyarakat. Di lingkungan sekolah diupayakan berbagi hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orang tua siswa(organisasi orang tua siswa, kunjungan rumah oleh personil sekolah, dan sebagainya). Selanjutnya sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya(siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah, dan sebagainya). Akhirnya lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang/melengkapi program keluarga dan sekolah. Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu. Titik kulminasi dari pemikiran tersebut di atas akhirnya dituangkan dalam Kep. Men. Dikbud RI No. 0412/U/1987 tanggal 11Juli 1987 tentang penerapan muatan lokal kurikulum sekolah dasar. Kemudian dikukuhkan oleh UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas (umpamanya pasal 37, 38 ayat 1 ) Jo. PP RI No. 28 Tahun 1990 tentang Dikdas (Pasal 14 ayat 3 dan 4). Muatan nasional kurikulum SD ditetapkan secara nasional, dan berlaku sama di seluruh Indonesia (UU RI No. 2/1989 Pasal 38 Ayat 2) sedangkan muatan lokal kurikulum SD berupa penjabaran/tambahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada (PP RI No. 28/1990 Pasal 14 Ayat 3 dan 4). Dalam petunjuk penerapan muatan lokal kurikulum SD (Lampiran Kep.Men.Dikbud No. 0412/U1987) dikemukakan beberapa tujuan yang lebih rinci dari muatan lokal tersebut yang dapat dikategorikan dalam dua kelompok, sebagai berikut :
1. Tujuan-tujuan yang segera dapat dicapai, yakni:
     a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
     b. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
     c. Murid dapat menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
     d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
2. Tujuan-tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya yakni :
     a. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
     b. Murid diharapkan dapat menolong orangtuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
     c. Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar